Rabu, 29 Mei 2013

Mempunyai seorang SAHABAT SEJATI lebih berharga dari 1000 teman yang mementingkan diri sendiri... (*,*)

Kisah Sebuah Celana Pendek karya Idrus

Sinopsicerpen

Cerpen ini berkisah tentang Kusno dengan seluar pendeknya pemberian dari ayahnya. Seluar satu-satunya yang dia miliki. Kusno adalah seorang pemuda usia 14 tahun yang baru saja lulus sekolah rakyat dan hendak mencari kerja. Namun berkali-kali dia melamar selalu ditolak. Dan akhirnya dia berjaya menjadi opas. Tapi dengan gaji seorang opas, Kuno tidak mampu lagi membeli seluar. Wang yang ada untuk makan saja tidak mencukupi. Makin lama seluar itu makin lusuh warnanya makin pudar dan benangnya mulai lepas.
Ketika akan meminta seluar kepada ketuanya dia malah dibentak. Kusno akhirnya memilih keluarga dari pekerjaannya. Dia kemudia sakit kerana kelaparan.Ingin rasanya dia menjual seluarnya, tetapi niatnya itu diurungkannya. Ia akhirnya memilih hidup dengan memakan daun-daun kayu.

Analisis   sosiologi sastera berdasarkan teori Hippolyte Taine
Dalam cerpen Kisah Sebuah Celana Pendek karya Idrus kami hanya mencari tentang persekitaran sosial.
Persekitaran sosial (iklim sosial):
Yaitu tentang bagaimana orang kecil hidup pada waktu itu. Dalam cerpen ini rakyat kecil hidup hanya dengan berbagai keterbatasan dan kesengsaraan. Dalam pendidikan mereka hanya sampai lulus sekolah rakyat. Mereka tidak boleh memperoleh pendidikan yang lebih tinggi lagi dimana ini membuat mereka tidak boleh memperoleh pekerjaan yang bagus. Mereka hanya boleh menjadi seorang opas dengan gaji yang minimum atau kecil. Untuk makan saja kurang apalagi untuk membeli seluar. Hak orang kecil untuk hidup lebih baik terabaikan. Dan masyarakat dalam cerpen ini digambarkan mereka hanya boleh menerima semua itu dengan pasrah.Mereka tidak punya sifat untuk melawan, tetapi mereka hanya pasrah menjalani dan menerima semuanya. Padahal mereka hidup di tanah airnya, tetapi kalah dengan penguasa iaitu penjajah.
Jepun yang disambut dan begitu diharapkan untuk membawa ke hal yang lebih baik justru membawa masyarakat ini (Kusno) ke hal yang lebih buruk lagi. Sebelum Jepun datang, walau susah payah mereka (ayah Kusno) masih boleh membelikan seluar, tetapi selepas Jepun datang jangankan untuk membeli seluar makan pun mereka tidak boleh. Masyarakat hidup lebih menderita lagi.
Situasi ini merupakan gambaran dari keadaan masyarakat pada waktu itu atau ketika karya sastera ini diciptakan yaitu tahun 40-an. Di mana waktu itu kerajaan Belanda menghadkan pendidikan untuk orang pribumi. Mereka hanya boleh bersekolah sampai lulus sekolah rakyat saja. Imbasnya masyarakat yang hidup pada waktu itu tidak pintar. Mereka hanya boleh baca tulis itu sudah cukup. Hanya kaum bangsawan saja yang boleh bersekolah lebih tinggi. Dengan tahap pendidikan seperti itu, maka secara automatik mereka tidak boleh memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Selepas Jepun masuk tahun 1942 mereka berharap kehidupan akan lebih baik.Tetapi ternyata kehidupan menjadi lebih buruk. Jepun lebih kejam dari Belanda.Masyarakat kecil hidup lebih menderita lagi. Banyak orang kelaparan, tidak punya pakaian, penyakit di mana-mana. Dan orang-orang kecil ini tidak punya keberanian melawan. Mereka pasrah pada nasib mereka. Mereka hanya cuba bertahan.
Situasi persekitaran sosial   orang kecil inilah yang cuba diangkat oleh Idrus dalam karyanya. Budaya pasrah dan nrimo yang kental diangkat dalam karya ini mempunyai watak yang sama dengan sikap masyarakat kecil pada waktu itu. .Masyarakat yang pasrah dan menerima apa yang ada. Masyarakat yang tidak boleh melawan penjajah, mereka hanya berusaha bertahan.